Tampil Energik, The Rollies Bernostalgia di Java Jazz 2018

Hasil gambar untuk the rollies Java Jazz Festival  2018

The Rollies menjadi salah satu band yang ditunggu-tunggu oleh pengunjung Java Jazz Festival (JJF) 2018 hari ini. Bagaimana tidak, band yang terbentuk pada 1967 dan sempat vakum pada 1990 ini kembali dengan formasi baru untuk merilis album Return pada 2013.

Mayoritas pengunjung yang menyaksikan penampilan The Rollies berusia 30 sampai 45 tahun. Wajar, band asal Jawa Barat ini memang eksis pada dekade 70an dan 80an.

The Rollies mengawali penampilan dengan membawakan lagu Kau Yang Kusayang. Pengunjung langsung bertepuk tangan dan bersorak meski baru intro lagu yang dimainkan lantaran lagu itu memang hits.

Kurang lebih band beraliran jazz rock ini tampil selama satu jam, semua lagu mereka bawakan tanpa nada sumbang. Suara gitar, bas dan drum sangat padu dengan brass section.


Lebih dari itu, beberapa kali vokalis Alfred Ayal mengambil nada tinggi yang cukup lama. Seperti ketika menyanyikan lagu The Love A Woman dan Kemarau.

Penampilan The Rollies malam ini seperti melihat penampilan mereka pada tahun 80-an. Mereka masih energik dan aktif di atas panggung, seolah tak termakan usia.

Mereka juga masih kuat membawakan satu lagu panjang dengan penampilan solo di tengah lagu.

Seperti ketika membawakan lagu We Got To Love, pemain saksofon TZ Iskandar, drummer Jimmy Manopo dan bassis Oetje F Tekol sempat memamerkan kemampuannya masing-masing.


Meski begitu, Alfred sadar akan usia yang dimiliki personel The Rollies. Ia pun sempat meminta personel untuk santai sejenak.

"Terima kasih sudah melihat penampilan kami. Sebentar nafas dulu, kami akan membawakan lagu yang mungkin banyak dikenal," kata Alfred di sela penampilan.

Di tengah penampilan, The Rollies memberikan penonton kejutan. Alfred mengajak vokalis Marten Legar ke atas panggung untuk bernyanyi.

Alfred mengaku selalu teringat Almarhun Gito Rollies kalau mendengar suara Marten. Marten memang sering dianggap sebagai 'reinkarnasi' Gito Rollies lantaran karakter suara yang hampir sama.


Marten tampil membawakan lagu Astuti dan Burung Kecil. Dengan suara yang memang mirip dengan Gito, kualitasnya dalam bernyanyi tidak diragukan lagi.

Banyak pengunjung yang ikut menyanyikan lagu yang dirilis pada 1983 itu. The Rollies membuat pengunjung yang mayoritas tua, bernostalgia dengan masa muda.

Alih-alih melemah, penampilan The Rollies semakin panas. Lewat lagu Soul Vacation dan Smilling Phases, mereka berhasil membuat penonton yang duduk bernyanyi dari awal sampai akhir.

Penampilan The Rollies pecah ketika membawakan lagu Dansa Yo Dansa. Lagu itu dirilis pada tahun 1979 yang sampai saat ini banyak dinyanyikan oleh musisi lain.


Jiwa muda pengunjung seakan terpanggil mendengar lagu itu. Sebagian pengunjung yang duduk langsung berdiri merapat ke bibir panggung. Meraka berdansa sambil bernyanyi.

Namun lagu itu menjadi penutup penampilan The Rollies. Pengunjung meminta The Rollies untuk kembali tampil hanya saja durasi tak memungkinkan.

Meski demikian, The Rollies benar-benar sukses bernostalgia dengan pengunjung. Nilai 8 dari 10 layak diberikan pada The Rollies.


sumber : cnnindonesia
Tag : ,

Post a Comment

[blogger]

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.