Mengatasi Diskriminasi Terhadap Perempuan di Bidang Teknologi Informasi

Tackling discrimination against women in IT
Dunia teknologi masih banyak didominasi oleh pria dan menawarkan kesempatan terbatas bagi wanita. (Shutterstock / File)
Kemajuan teknologi harus menguntungkan semua anggota masyarakat. Namun, masih ada keterbatasan akses teknologi, terutama bagi perempuan.

Dunia teknologi masih banyak didominasi oleh pria dan menawarkan kesempatan terbatas bagi wanita.

Di kebanyakan sekolah, misalnya, siswa laki-laki menerima kursus elektronik atau komputer, sementara rekan perempuan mereka mendapat pelajaran menjahit, sehingga menciptakan pola pikir bahwa wanita tidak cocok untuk teknologi.

Diskriminasi saat ini terhadap perempuan dalam teknologi adalah sebuah ironi, mengingat fakta bahwa penemuan awal komputer melibatkan banyak wanita, seperti Ada Lovelace dan Grace Hooper, menurut Kathleen Azali, seorang peneliti di Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) dan pendiri C2O Library and Collabtive berbasis web manajemen proyek.

Ada Lovelace adalah seorang matematikawan bangsawan Inggris, yang pada abad ke-19 menciptakan program komputer pertama di dunia, dan Grace Hopper adalah seorang ilmuwan komputer Harvard yang bekerja dengan Angkatan Laut AS selama Perang Dunia II dan sesudahnya.

Marginalisasi wanita di bidang teknologi dimulai di dunia pendidikan barat, terutama saat pemrograman komputer memasuki kampus.

"Kampus pertama yang membuka program komputer adalah Princeton University, yang melarang perempuan mengambil bagian dalam program ini," kata Kathleen.

Sejumlah pemrogram perempuan yang terlibat dalam pekerjaan awal di pesawat antariksa NASA menemukan bahwa nama mereka tidak disebutkan dalam publikasi apapun mengenai usaha tersebut.

Meski akhirnya perempuan memperoleh akses ke industri teknologi informasi (TI), hambatan seksis tetap terjaga.

Contoh kasusnya adalah James Damore, seorang teknisi Google yang mengkritik kebijakan nondiskriminasi Google dalam merekrut karyawan.

Damore mengatakan bahwa, pada dasarnya, pria lebih baik daripada wanita dalam pemrograman komputer, dan tidak ada alasan bagi Google untuk mempekerjakan lebih banyak teknisi wanita.

Damore dipecat atas pendapatnya

Situasi diskriminatif di bidang pendidikan dan industri nampaknya membuat perempuan enggan mempelajari apapun yang berhubungan dengan teknologi, padahal kenyataannya teknologi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

Memahami dan memanfaatkan teknologi berarti tidak hanya memiliki gadget terbaru, tapi juga terbiasa dengan coding, keamanan berselancar di dunia maya sekaligus memberdayakan wanita dan mengkomunikasikan aspirasi mereka.

Dengan tujuan ini, Anantya van Bronckhorst dan beberapa mitra telah mengenalkan Girl in Tech ke Indonesia, sebuah inisiatif untuk membawa perempuan lebih dekat dan lebih dalam ke dunia teknologi.


Hasil gambar untuk Girl in Tech


Girl in Tech adalah organisasi global dengan cabang di berbagai negara. Salah satu kegiatan Girl in Tech adalah Women Win, yang merupakan kontes untuk memulai pemberdayaan perempuan melalui teknologi.

Dengan kontes tersebut, Girl in Tech diharapkan bisa membantu mewujudkan dua ide, Kostoom dan Help Nona. Yang pertama menyangkut layanan penjahitan online dan yang terakhir merupakan forum pendidikan dan diskusi online yang menangani kekerasan dalam berkencan.

Girl in Tech juga memberikan pelatihan dalam coding, analisis web dan hackathon untuk wanita.

Anantya mengakui bahwa banyak wanita masih enggan mempelajari hal-hal baru yang berkaitan dengan teknologi digital, karena berbagai alasan, dari rutinitas sehari-hari yang sibuk karena kurangnya kepercayaan mereka terhadap kemampuan perempuan untuk belajar TI.

Hasil gambar untuk Anantya van bronckhorst
Anantya van Bronckhorst
Seperti yang ditunjukkan oleh Kathleen, Anantya juga menyaksikan persepsi kuat tentang bidang teknologi sebagai bidang studi wanita yang tidak biasa.

Anantya telah mengadopsi strategi melakukan roadshow di SMA yang memperkenalkan keterampilan alternatif selain karakter feminin. Dengan cara ini, wanita diharapkan terbiasa dengan keterlibatan teknologi yang lebih dalam, sambil menyadari bahwa teknologi dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang berbeda dan bukan hanya untuk konsumsi.

"Di era teknologi digital yang selalu ada, keahlian di bidang digital sangat bermanfaat bagi pekerjaan," kata Anantya.

Sumber : thejakartapost.com (diterjemahkan oleh geeknews.id)
Tag : ,

Post a Comment

[blogger]

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.